KOPI - Adalah cerita dimana dahulu kala terdapat sebuah Kabekelan atau Padukuhan yang elok, asri dan mempesona.
Tertulis dalam coretan tinta leluhur, mengkisahkan tradisi budaya masa kabendaran dijadikan pakem desa sampai pada era kolonial dan pertamanan yang indah di atas bukit pesawahan berkembang dan beralih fungsi menjadi tempat wisata para ndoro-ndoro menir serta noni-noni Belanda waktu itu.
Bendaran yang sekarang menjadi area pesawahan, terkikis lajunya zaman. Hampir semua jejak dan peninggalanya telah hilang.
Dalam serat buku harian R. Wuhening dan R. Karto Hasmoro yang merupakan salah satu tokoh masyarakat waktu itu, dituliskan Bendaran adalah sebuah padukuhan yang maju dan bertaman, yang sudah ada mulai jaman kepanjian dan merupakan tempat dimana para Bendoro (bangsawan) waktu itu tinggal.
Mungkin kalau sekarang saya menggambarkan semacam perumnas-lah. Tidak begitu banyak tulisan yang menggambarkan keberaan padukuhan bendaran tersebut. Namun dari sedikit yang tertuang dalam lembaran-lembaran buku kuno tersebut itulah, yang akhirnya menginspirasi saya untuk lebih jauh mengetahui, bagaimana bentuk, kebudayaan, peninggalan dan kehidupan di Bendaran itu.
Lesung anen-anen, diceritakan merupakan salah satu dari seni kebudayaan tradisional yang sudah turun temurun dimana akan selalu ditampilkan atau diperagakan setiap musim panen padi serta jika ada tamu yang datang dan untuk menyambut para kanjeng atau pembesar yang datang berkunjung ke Bendaran.
Bendaran memiliki area pertamanan indah, menatap langsung ke Gunung Dworowati dan Gunung Argo Wayang. Bahkan Gunung lirang dan Gunung Arjunopun nampak membentang dipandang dari pertamanan. Itu bisa dibuktikan jika kita mau bertandang ke pesawahan yang dulunya dikisahkan sebagai pemukiman bernama Bendaran.
Seperti apakah Bendaranku dulu? Pertanyaan ini masih mengiang. Data dan bukti peninggalanpun sudah musnah. Tinggalah naskah dan sawah yang menjadi saksi yang mungkin bisa kujadikan referensi. Seakan bergulat pada kata tanpa nada aku terus menembus tira-tirai misteri dan kebisuan pertaman Bendaran. Akan tetapi aku yakin nanti, suatu saat nanti akan kudapatkan jawaban dari penasaranku akan keberadaanya.
Tunggu penelesuran saya bersama Team Exspedisi Sambel Kemangi, menapak jejak taman Bendaran. Simbul dan peralihan dari keraton bawahan yang berdiri di lembah berpagar gunung, di pusat kesuburan Alas Pamujan.(bersambung)